Kini.. esok.. dan dahulu yang terlahirkan, makhluk kecil
yang selalu berada di peradaban putaran siklus alam.. dari kecil tumbuh
merangkang hingga dapat berjalan. dan
suara suara mungil hingga teriakan teriakan terekam dalam ruang penyimpan, hingga
mempertanyakan mengapa aku terlahirkaan????...
Ayah dan Ibu yang melahirkan, di suatu waktu
jam tanggal bulan tahun ku di lahirkan. tepatnya pada senin, 9 september
1991 silam ku bertannya kapan ku
dilahirkan??? dan Ayah Ibu ku menjawab demikian. meski pada penghujung jalan,
makhluk kecil akan kembali pada ketiadaan..
waktu yang tak kunjung berhenti untuk di hentikan sejenak oleh baterai
penghantar energi, membuat matahari yang selalu muncul awal terbit lebih pagi untuk
terhianati.. perpindahan tempatpun kerap berkali kali mengusik nyenyaknnya
tidurku untuk berannjak ke pangkuan Ayah dan Ibuku.. tak heran teman pun kini
berganti kedepan, belakang, tengah hingga pada akhirnya ke depan.. menjalin
cerita cerita pedek ‘cerpen’ yang mungkin bahasa tren nya saat itu.. hingga
pertemanan pun seperti musim penghujan dan kemarau..
(1997)
beranjak duduk di bangku dasar dekat tempat ku dilahirkan, ku memulai
pendidikan yang mungkin tak seberuntung sebagian teman ku bisa untuk di
didikan.. menjalin pertemanan baru selayaknnya orang pindahaan rumah dan
berbagi cerita, meski wacanannya agak sedikit kesana kemari tak tau arah kemana
untuk berhenti.. awal yang sangat haru dimana para orang tua murid menunnggu
anaknnya pulang di saat pembelajaran usai ketika lonceng berbunyi bertingkah sebagai mana mestinya bertingkah.. hingga akhirnya
ku payah untuk mendapatkan cerita koran di sekolah dasar yang selalu ku
kunjunggi dan bersinggah di kursi meja penghalang..
yah, perasaannya sih senang, meski tak ku dapatkan intisari cerita Koran
tersebut.. sampai suatu ketika lagi lagi ku konyol dan sedikit membanyol bersuara di hadapan pengajar
meneriakan dasar suatu Negara yang semestinya ada 5 butir.. entah ku sedang
mengigo atau sedang berilusi karena di situasi itu suasanannya sedang
berebutan suara prestasi, sewaktu ku sedang di pertengahaan dasar.. (asal jeplak ajah nih!) seperti halnya adu gambar
ketika waktu istirahat tiba.. atau adu kelereng yang selalu ku mainkan di
solokan kering samping kelasku... dan
kejadian konyol lagi ketika teman ku tak mampu mengerjakan soal matematika tepatnnya
di samping ku, dan ku tawarkan pemikiranku untuk ku jual dengan harga 500Rp / 2
soal.. yang pada akhirnnya jawabannya hannya satu yang benar di setiap 2 soal..ia
pun berkata ‘teu baraleg jawaban teh’ tutur teman sebangku ku haha.. ketika itu pula cerita pendek konyol di saat terik matahari yang cukup membakar kulit ku hingga gosong dan tak pernah letih untuk
memainkan “galah jidar” di pengujung
lompatan panjang dan ku coba untuk mendarat tak sampai, memaksakan diri untuk terjang lebih jauh
berhenti di lintasan galah terjatuh hingga pulang menjingjing tangan yang agak
sedikit terkilir sambil tertawa meneteskan air mata dan ku tak tau lagi hal hal
yang konyol membanyol di ruang pinyimpan rekaman ku yang sedikit kurang terawat ini. Sampai
di waktu yang cukup menyenangkan hingga puncak akhir sekolah dasar akan
berakhir, seakan tak ada lagi senyuman di semua murid.. yang ada hanyalah kerutan
jidat murid terfokus pada soal penguji kelulusan.. lalu hingga sampai hari yang
dinantipun tiba dengan kertas hasil kelulusan pun mengabarkan surat kabar kelulusan di kelas..
(2003)
Waktu yang begitu amat tersimpan di ruang penyimpan, disaat awal perpuncakan
dewasa ku banyak berhayal. Walaupun sejak itu para teman telah terdominasi oleh
ponsel ponsel genggam yang bernuansa maraknnya moderenitas. Namun sejak itu ku
tak tertarik dan melirik ponsel ponsel yang mernak mernik karena sejak itu
belum sangat terbutuhkan. Awal baru pembelajaran yang mungkin agak sedikit kaku
kembali menghadapi para guru berdialog di depan kelas dengan berbicara
memotivasi kedepan untuk lebih giat dalam pembelajaran. Saat itulah ku sedikit
tersentuh dengan rayuan maut sang guru untuk bisa lebih berubah yang dahulu ku
tak dapat prestasi kelas hingga sedikitnnya mendapatkannya, hingga merasakan
hanggatnnya kasih sayang seorang ibu di dekapan pelukannya. Dan di selah itulah
kerasnnya ku didik di rumah hingga tertekan dalam tuntutan seakan membisu
terlebih bannyak bersuara dalam rekaman hati music studio. Tak seperti awalan
masuk jenjang menengah dengan bebas ku melakukan sesuka hati hingga waktupun
tiba ku di jewer kedepan bertiga tepatnnya yang duduk di belakang bersama 3
orang lainnya yang bertutur nilai kamu akan muncul di rapot dengan prestasi
angka 5. ‘wah kacau’ tapi pada akhirnnya ku tak senasib dengan rekan ku yang
muncul angka sial itu di rapot, dan ku mendapatkan angka 6. Awal dari kenakalan
yang sangat mengesan di selah kesibukan belajar di Awal ku mengenal air yang
tak begitu ku suka, awal ku mengenal ranting kering yang selalu di jual di setiap
warung warung belokan, awal ku mengenal apa itu berkelahi, bermain dan tertawa..
sampai ku tak tau apa itu sebuah pelengkap di masa saat itu, hingga ku baku
untuk bertannya jawab dengan lawan jenisku meski di selah benak ku saat tidak
berhadapan ingin untuk bertannya dan bercerita. Hingga di akhiri dengan
kesibukan gesek gitar yang mungkin terasuki oleh suara sound tape sejak
mendapatkan prestasi dan bernazar untuk meminta apa yang di inginkan. Kian
memulai dari keahlian yang berbanding balik dari kepintaran! Ku untuk berfikir,
tiada hari tanpa gesek senar bolong dan hancur termakan usiannya berputar dari
tangan ke tangan pemakai hingga menjadi kayu bakar, Dan waktu berakhirpun
begitu cepat tiba di pengunjung kesenanganpun di selahnnya menemani. dengan
berkelanjutannya cerita saat yang di nanntikan tiba di waktu penguji soal
dinaspun tiba. Hingga para guru sibuk untuk menyiapkan coretan kertas kecil
untuk menjadi penentu akhir dan lanjut sebuah cerita di masa saat itu, seakan
ku teringat di ruang perpus di temani oleh teman ku dan penjaga perpus yang
cukup terbilang kutubuku.. namun ku tak seberuntung rekanku saat ini yang
terbilang tempat adalah yang menentukan kelulusan itu dengan hasil memuaskan
dari pada si rajin. Dan lagi lagi surat kabar pun memberitakan kelulusan ku,
hingga berakhir di wisata pantai yang cukup ku singgahi melepas rindu yang
entarnnya tak akan berjumpa kembali walaupun bisa bertemu kembali di pengujung
jalan yang waktunya berbenturan dengan kesibukan akan datang.
(2006)
awal aku termakan tekhnologi!.. yang kian tertinggal seperti ter salip oleh
motor matic, Melihat rekan yang mahir dalam pengoprasian tekhnologi. Awal awal
yang sangat cukup terdidik bernuansa prajurit terpincir pincir menghindari
senapan si pembidik, Hingga harus terbilang rapih dalam berpenampilan/
berpakaian. Berusaha terampil dalam industry untuk mendapatkan langsung
pekerjaan di masa kelak yang katannya menjanjikan. Di senin pagi yang slalu tak
luput dari barisannya di susun oleh pengawal pasukan perapih barisan dan di
temani kawan canda meski terbilang harus diam menghayati ritual menghormati
leluhur perjuangan kita yang dulu mempertahankan tanah air dalam sejarah
penjajahan. Lagi lagipun penyakit bulanan ku kambuh di saat hawannya tak
mendukung untuk melaksanakan penghormatan pada senin pagi itu. Hingga para
preman guru guru menyisir setiap pergerakan yang ada di dalam kelas dan pada
saat itu di satu kelas yang berhalangan ada 2 orang yaitu saya dan teman, tak
bisa untuk mengikuti.. namun para pengawal singa liarpun tiba di waktu ku saat
beristirahat dengan memegang gusiku yang kumat.. tanpa mengenal kompromi, aku
dan teman ku di giring ke lapang penghormatan. yang cukup terbilang akan usai,
hingga ku di jemur seperti ikan laut setelah tertangkap jarring nelayan dan di
lucuti tanpa mengenakan baju sergam. tak ada lagi tutur alasan yang di sambut hanyalah
telapak tangan besar yang menempel tepat di pipi tonjolan gusi yang sedikit
membengkak (asu banget!).
di satu pertengahan masuk pembelajaran, atappun seakan
menatap trik penerang surya di kabuti asap hiungan. Di saat itulah mengevaluasi
diri memlonjaknnya semangat, meski sekill ku terbilang 10% dalam kemampuan
bersekill dan 90%nya terbilang nekat! (OPTIMIS TANPA SKILL) yang terpenting
adalah kemauan. Karna suatu benda tidak dapat berubah, jika tak ada suatu
pergerakan yang ingin merubahnnya bergerak. Dan pada akhirnnya merenggek untuk
membeli perangkat tekhnologi canggih meski tekhnologi lebih pintar dari pada si
pengguna tekhnologi pada saat itu (Gafftek) ”gagap tekhnologi” dan tak menjadi
alasan malu, ku ingin menjadi tau. Terkadang kesalahan hanya sedikitpun harus
bertannya Tanya yang terkadang si pemberi tau malas untuk member tau. Hingga di
selah waktu bertannya ‘akankah kau mati dalam ilmumu dan tak ada generasi yang
tau tentang ilmu mu?.. ‘ yang terlintas dalam pemikiranku.. hari hari yang
sangat cukup melelahkan dalam berpergian kesana kemari mencari ruang pembatas
alamat induk berbondong bondong layaknnya sekumpulan kerbau teratur oleh jam
waktu tersusun. Hingga penguji keterampilanpun seaakan cepat termakan waktu
yang berjalan tanpa lelah di kotak penyimpan batrei. Terasa sekejap hingga
kamipun berdiskusi untuk membuat pencetak jalur rangkaian yang akan di eksekusi
keberhasilannya nanti.. di pengujung bengkel yang berdebu ilalang merayap
serangga kecil yang setia pada suasana……………………………… Dan surat kelulusanpun
mengiringi matrai tertera pada alamat yang di tuju, ketika bersamaannya sosok
pelengkapku tiba mendarat di nasubariku yang datangnya tidak di duga duga.
Selekas pulang dari bukit pelepas moment berseragam meramaikan kelulusan, akupun
bersinggah sejenak di tempat pengyinggah sang pelengkap hati yang tak di duga
akan melengkapi. sambil bercerita cerita tentang panjangnnya cerita cerita yang
telah terlewati dimasa itu seakan lengkap untuk hidup saling membutuhkan satu
sama lain. Terasa hari hari berwarna yang tak bisa terlepas karna bakunnya
berinteraksi komunikasi dengan setiap lawan jenis, memakukan batu bekunya hati
yang perlahan mencair di hantam palu. Tak lama Berkunjungnnya waktu hingga tak
tau lagi untuk membisukan hari di pertengahan gelapnya malam dan sejuknnya pagi
terasa cepat berusai yang tak tau apa penyebab permasalahan berjalur seperti
angin yang tak menentu arahnnya beralur. Hingga hatipun beku kembali saat waktu
ter eksekusi dengan suara terekam dalam ruang penyimpan yang sedikit tak terwat
menimbulkan sebab akibat. Munculnnya kotak surat dalam ponselku yang bertulisan
“blablablabla” membuat rasa mengeras kembali dan mungkin tak akan mencair..
di waktunya tiba untuk lebih terfokus untuk mencari lapangan
sesuap nasi. Walaupun pada ujungnnya tersinggkir oleh muaknnya system alur uang
seleksi, suapan suapan yang kini masih terjangkit dalam kumpulan data fiktif..
pada 1 tahun ku menganggur selekas kelulusan menengah atas (2009-2010)
tepatnnya. tak tau lagi arah kemana untuk mencari peluang yang seakan termakan
oleh data data fiktif lembaga permainan kelas tinggi. Tersinggkir hannya dengan
pangkat uang dan bumbu bumbu lainnya seakan terselip pada map map prestasi.
Mungkin ini udah jamannya yang tak lagi lazim untuk berkata lumrah. Hingga di
kesibukan ku untuk berdaganng bumbu bumbu dapur pokok, pemenuh keringnnya perut
terselip waktu yang tak cukup untuk ku tetap diam di tempat.. inginnya
berannjak di luar dengan bannyaknnya relasi kawan hingga berpengalaman, meski
pada saat itu penghasilankku lebih baik dari pada pegawai yang selalu tertunjuk
oleh pimpinan perusahaan.. dan sampai sampai, barang barangku kadaluarsa
termakan waktu yang kerap menghantui di selah waktu yang belum siap menerima
untuk lebih terfokus di ruang sempit tersebut..
(2010)
awal di suguhkannya beberapa pilihan untuk menambah ceritaku lebih panjang
seiring bersamaannya ku mendapatkan 2 pekerjaan yang telah terpanggil dan
langsung bekerja di saat itu. Namun hati kecil berkata lain untuk lebih memilih
ku untuk berfikir lagi.. meski dari rata rat aku terbilang bodoh! Untuk
menempati tempat tersebut. Karna rata rata kemampuan ku berfikir yang
bersertifikat ter eksekusi dalam kertas dengan nilai huruf capital (D) yang
berbobot 97 anak yang agak di bawah rata rata… tak peduli orang berkata apa,
yang terpenting niatku baik untuk melangkah lebih baik meski di beberapa orang
yang tidak bisa mengikuti karna factor sesuap nasi yang selalu bercubitan
dengan kebutuhan pangan.. dan pertemananpun menjalin kembali dengan tak
memandang umur hingga saling menghargai satu sama lain, Saling mengerti dan
memahami situasi di setiap langkah. walaupun masih terlihat lagi ikatan yang
dahulu sempat bersamaan kesana kemari berbicara, nongkrong, jalan bareng yang telah
tersibuki oleh tugas tugas pelengkap materi. Hingga tak tau lagi apa itu
pelengkap situasi yang kerap tak ada lagi di dunia yang tak selalu nyata untuk
ku menjadi fakta. Dimana rindu selalu terbayang menghampiri cerita hayalan
bersinggah di sudut ruang yang tak tau nantinnya menjadi nyata dan bukan
halusinansi. Seringnnya berhayal membuat otak kini kian hari ber 5 dimensi
meski tak bisa ku genggam lagi untuk bisa ku genggam dan rasakan hangatnnya
sebuah komunikasi. Yang ada hanyalah datang pergi begitu saja tak jelas kemana
obrolan itu berada termakan sinyal pulsa kini kerap termodifikasi..
menantikannya sosok peri cantik yang dapat melirikan hati batin bercermin balik
memantul sinyal positive dari ruang yang tak begitu sempit untuk ku singgahi..
namun itu tak seinstan mie instan yang semuannya instan., sebelum menjadi
instan harus melalui proses yang tak semuannya instan.. sehingga mie itu
terbilang instan.. seandainnya saja itu hadir kembali meski dalam sosok yang
berbeda untuk jadikan selamannya cerita di pengujung masa yang akan di tanam
dalam ruang liang lahat di temani kain kafan dan tanah, tergerogoti serangga
hama.. meski cara berfikirku tak sempurna seperti orang yang terbilang normal
biasannya. Namun ku ingin hidup ini sempurna meski bannyak kekurangan dan
saling melengkapi. Inginnya kembali melihat apa yang sebenarnnya akan ter jadi
hari esok nanti seakan menggigitkan jari. Mengandaikan lentik jari buah hati
yang mungkin kini banyak orang nanti, meski kini ku belum pada ujungnnya
tereksekusi kembali hasil akhir ku mengakhiri berfikir ku saat ini (2012).
Cukup terusik sedikit, hingga kini pada akhirnnya bertannya tannya dan berkaca
untuk bertannya kepada diri sendiri tentang kemampuan ku yang tak lepas dari
ketidak tauhuan dalam tekhnologi yang kini kian hari kian melambung jauh dari
jidat yang selalu kerut ketika pembimbing menggelar pentas pertunjukan aksi
seni.. tak luput juga untuk bertannya tannya meski sedikit bannyak yang gak tau
dan rasa ingin tahu..
Oh ia, ada yang cukup menarik.. Kebetulan di saat waktu yang
regang dan cukup luang, sahabat mengajak mencoba berinspirasi untuk melakukan
suatu hal yang baru untuk memulai usaha kecil kecilannya. Di sore yang cukup
terbilang cerah. Kita berdua menyiapkan segala keperluan tempur kita untuk
besok berjualan di ‘kabupaten soreang’ hahaha.. dan singgah sejenak pada tempat
yang gak begitu ramai lesehan penjual bajigur yang di temani gorengan hangat..
cukup berasa suasanannya, di saat malam mulai melarut pagi.. dengan terencana
esok pagi menggentikan aktivitas omnya, yang pada waktu itu berhalangan mengisi
rutinitas kerjanya sebagai jualan pasar kaget minggu tepatnya di soreang
kabupaten.. lumayan cukup berkesan dan menyenangkan, bahwa untuk mencari uang
recehanpun kita harus belajar dan bersabar. Apalagi di saat pelanggan mengantri
untuk membeli’ sate naget dan burger’ banyaknya pembeli terkadang membuat kita
berdua tersibuki pesanan.. menyenangkan sungguh.. yang semalamnya terlalu malam
untuk terlewati dan masih terlalu pagi untuk di nanti.. perjalanan yang cukup
amat tersentuh dengan rutinitas yang omnya jalankan.. yah, memang sih terbilang
merintis.. namun kesuksesaan itu tak semudah seperti mie INSTAN yang sepenuhnya
INSTAN.. seakan semuanya menjadi keluarga saling memberi dan mengasihi..
tulisan ini saya tulis, karna saya ingin menulis.. bahwa
menulis adalah suatu hal yang mennyenangkan meski dalam tulisan ini tak lepas
dari pro dan kontra di setiap masukan komentar pada saat saya menulis. Walau
terbilang bukan cetakan dari pena yang selalu orang beli di warung warung dan
toko toko alat tulis terdekat lainnya.. namun kini Terbantu oleh teknologi yang
cukup mampu memproses, manipulasi, menyimpan, dan mengkontribusi. Kini tulisanpun
dapat berubah menjadi tersusun rapih meski kata isi si penulis/ ketik tak
sepandai bahasa Indonesia yang fasih baik dan benar dalam penulisan makna
tulisan rapih.. kekurangan hannya milik
makhluk kecil yang berada di peradaban siklus alam dan yang sempurna adalah
sang actor pencipta alam ini..
Ragil Tirto Adhi Soerjo..